Memahami rasa bersalah anak


Sejak usia sangat muda, anak-anak dapat merasakan semua jenis emosi. Demikian menurut Robert Hughes, Jr., Ph.D. dari Department of Human Development & Family Science, Ohio State University,Amerika Serikat, dalam Helping Children Understand Emotions. “Mereka bisa merasakan kesedihan, kebahagiaan,  ketakutan, kemarahan, dan banyak lagi perasaan lainnya” ungkap Hughes. “Sayangnya, kemampuan merasakan emosi pada anak-anak tidak selalu disertai pemahaman. Mereka mungkin juga tidak tahu apa yang harus dilakukan saat mereka merasakan emosi tersebut.”

Perasaan bersalah adalah salah satu emosi yang sering melanda anak balita. Apa jadinya jika mereka tidak memahami perasaan tersebut?


Pentingnya Memahami Rasa Bersalah

Emosi yang kita rasakan, menurut Hughes, sebenarnya menyampaikan kepada kita bagaiman perasaan kita tentang situasi yang berbeda-beda. “Emosi tersebut lalu mendorong kita bertindak dan memberi kita energi untuk menghentikan pengalaman negatif dan meraih pengalaman positif lebih banyak.”

Apa yang digambarkan Hughes di atas bisa disebut sebagai proses ‘pengelolaan emosi yang benar’, yang hasil akhirna bersifat positif bagi pelakunya. Hanya orang yang mampu memahami emosi yang bisa melakukan proses tersebut. Dengan memahami emosi, orang dapat megarahkan emosi tersebut untuk bertindak menghasilkan energi positif, menghentikan pengalaman negatif, dan akhirnya meraih pengalaman positif lebih banyak. Memahami emosi adalah langkah awal untuk mengetahui apa yang harus dilakukan saat merasakan emosi tertentu. Inilah yang sulit dilakukan anak-anak terlebih yang masih balita.

Sebenarnya di sekitar usia 4 tahun anak sudah memiliki ‘kontrol internal’ untuk menghindarkan emosi-emosi negatif, termasuk rasa bersalah. Caranya kurang lebih sama dengan proses yang digambarkan Hughes, yaitu menghindarkan perilaku yang memunculkan emosi negatif tersebut. Namun, karena anak balita tidak memahami rasa bersalah yang ia rasakan dan tidak tahu perilaku apa yang harus dihindarkan agar rasa bersalah itu tidak muncul, akibatnya , rasa bersalah itu terus menghantui. “Dalam kasus perceraian atau kematian, anak-anak bisa saja merasa bahwa merekalah penyebab perpecahan keluarga. Mereka merasa, kalau saja sebelumnya mereka melakukan sesuatu yang berbeda, perpecahan keluarga tidak akan terjadi,” Hughes memberi ilustrasi.

Anak yang tidak mampu melakukan ‘kontrol internal’ terhadap rasa bersalah akan mengalami kesulitan dalam bergaul dengan teman sebaya nya. Ia tidak mempunya cukup harga diri untuk menghadapi teman sepermainannya. Jika kondisi ini berlarut, dikhawatirkan ia akan tumbuh menjadi individu yang tidak mandiri secara emosional dan tidak akan pernah siap memasuki lingkungan pergaulan yang lebih luas.

 

Bantulah Si Kecil!

Orang tua bisa membantu balitanya yang dirundung rasa bersalah. Mengadaptasi saran-saran Robert Hughes, Jr., Ph.D., langkah-langkah berikut ini dapat anda gunakan untuk mengajarkan balita anda memahami apa yang terjadi jika ia merasa bersalah dan apa yang harus dilakukan jika ia merasakan emosi tersebut.

1. Kenalkan reaksi orang yang merasa bersalah.

Anak anda mungkin belum tahu bahwa ekspresi wajah dan perasaan berhubungan dengan emosi. Cobalah permainan ini. Minta anak mengingat saat ia merasa bersalah. Sekarang , minta ia pura pura merasa bersalah, mencoba merasakannya dalam hati dan menunjukannya di wajah. Setelah itu , tunjukan kepada anak bahwa rasa bersalah itu membuat kita ingin sembunyi, menangis dan wajah kita tidak bisa senyum.

2. Jelaskan penyebab sebenarnya

Anak anda mungkin menyalahkan dirinya atas pertengkaran , perceraian , atau kematian anggota keluaga atau hewan peliharaan. Dengan kalimat sederhana jelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ingatkan terus bahwa itu bukan salahnya. Diskusi kan dengan anak mengenai apa itu kematian , perceraian, atau musibah apapun agar anak bisa memahami penyebab sebenarnya.

3. Dorong anak membicarakan perasaannya.

Beri anak kesempatan untuk membicarakan rasa bersalahnya. Siapkan diri anda untuk menerima kenyataan bahwa anak anda tidak mungkin selalu baik-baik saja. Jika rasa bersalah anak begitu dalam , tanyakan mengapa ia merasa begitu . kadang anak merasa lega hanya dengan membicarakan masalahnya. Cara ini juga bisa membantu anak memahami apa yang terjadi, sekaligus merupakan kesempatan bagus untuk lebih memahami jalan pikiran anak.

4. Tunjukan cara anda mengelola rasa bersalah.

Jka anda merasa bersalah, ceritakan kepada si kecil bagaimana perasaan anda. Ceritakan pula bahwa anda merasa bersalah karena suatu hal dan akan melakukan sesuatu supaya perasaan anda lebih baik. Cara ini menunjukan kepada anak bahwa memiliki ras abersalah tidaklah apa-apa, sekaligus mengajarkan cara anda meresponsperasaan tersebut.

5. Ajarkan melihat sisi positif

Doronglah agar anak mencoba melihat sisi baik dari kesalahannya.

6. Bantu anak meyakini bahwa rasa bersalahnya tidak masuk akal

Jika anak menyalahkan dirinya untuk sesuatu yang tidak masuk akal, tanyakan dengan tegas. Kemudian bantulah anak menyakini bahwa rasa bersalah tersebut tidak masuk akal. Cara ini bisa membantu anak membuang rasa bersalahnya.