Definisi disleksia menurut Critchley (1970) adalah kesulitan membaca, menulis, dan mengeja (disotografi), tanpa adanya gangguan sensorik perifer. Dalam arti tidak memiliki kelemahan pada pendengaran, penglihatan, inteligensi, emosional primer atau lingkungan kurang menunjang.
Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktifitas membaca dan menulis. Meskipun mengalami kesulitan menulis huruf dan tentunya kesulitan belajar, bukan berarti disleksia merupakan ketidakmampuan intelektual.
Selain mempengaruhi kemampuan menyusun kalimat, membaca dan menulis, disleksia juga mempengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya. Sedangkan perkembangan kemampuan standar tetap normal, seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan daya sensorik pada indera perasa.
Yang menarik, disleksia ternyata tidak hanya menyangkut kemampuan baca dan tulis, melainkan bisa juga berupa gangguan dalam mendengarkan atau mengikuti petunjuk, bisa pula dalam kemampuan bahasa ekspresif atau reseptif, kemampuan membaca rentetan angka, kemampuan mengingat, kemampuan dalam mempelajari matematika atau berhitung, kemampuan bernyanyi, memahami irama musik, dan sebagainya. Gangguan disleksia ini adakalanya diikuti dengan gangguan penyerta lain seperti mengompol sampai usia empat tahun keatas, nakal dan suka mengganggu teman serta membuat onar di kelas. Entah apa alasannya, tetapi penderita disleksia 90%nya adalah laki-laki.
Terdapat beberapa ciri disleksia antaranya ialah:
· Anak disleksia dapat dilihat dari pada usia sekolah tingkat dasar.
· Mereka akan menghadapi masalah membaca yang lambat dan mempunyai tulisan yang kurang bagus.
· Anak dengan disleksia suka mengurangi atau menambahkan kata ketika sedang membaca.
· Mengalami kekeliruan ketika membaca seperti huruf “p” dianggap “q” dan huruf “b” dianggap “d”.
· Sering membalik kata-kata, misalnya buku dibaca “duku”, bau dengan “buah”, buta dengan “batu”, dan lainnya
· Pengidap disleksia selalu terjadi pada pasangan kembar atau bayi yang lahir tidak cukup bulan.
· Suka menukarkan pemahaman konsep, misalnya, bingung terhadap pemahaman konsep atas dengan bawah, depan dengan belakang, dan sebagainya. Kadang-kadang juga disertai artikulasi suara gagap.
· Sering juga disertai kesalahan eja dan kesalahan tulis. Misalnya, jika didiktekan kata pagar, mungkin ditulis “papar”. Kesalahan tulis ini juga mencakup ketidak-mampuan untuk membuat tulisan indah, sering tulisannya tidak terbaca. Gangguan ini akan berlanjut sampai anak meningkat dewasa.
Komentar
Belum Ada Komentar