Cara Mendidik Anak agar Tidak Durhaka pada Orangtua
Dalam KBBI, durhaka adalah ingkar terhadap perintah (Tuhan, orangtua, dan sebagainya). Jadi, dapat disimpulkan anak yang durhaka terhadap orangtua yakni mereka yang tidak patuh terhadap perintah-perintah baik yang diberikan oleh orangtuanya atau membangkang.
Sifat tersebut tentu saja dibenci oleh semua orangtua. Mereka pasti ingin semua anaknya tumbuh menjadi pribadi yang patuh, disiplin, sopan, dan santun. Lalu bagaimana agar anak tidak durhaka? Berikut caranya.
1. Perkenalkan Anak pada agama
Setiap orang memiliki agama yang berbeda-beda. Namun, semuanya sama-sama mengajarkan kebaikan dan berbakti pada orangtua.
Maka, dengan mendalami ilmu agama, anak-anak menjadi paham jika membangkan atau durhaka pada orangtua adalah perbuatan yang tidak terpuji sehingga ia tidak melakukan hal tersebut pada Mama dan Papa.
2. Beri kasih sayang yang berlimpah
Mama dan Papa pasti sayang pada anak-anak, namun terkadang mereka tidak dapat merasakan kasih sayang tersebut. Bisa jadi, karena Mama dan Papa terlalu sibuk terhadap diri masing-masing hingga si Anak tidak mendapatkan perhatian dan merasa tidak disayang. Ketika hal ini terjadi, terkadang anak menjadi membangkang pada Mama dan Papa.
Untuk menghindari hal tersebut, Mama dan Papa harus menunjukkan kasih sayang yang berlimpah pada anak-anak. Misalnya, selalu mengungkapkan perasaan sayang, menemani mereka bermain, memeluknya, mendengarkan ceritanya, membantu mereka menyelesaikan masalah, dan lain sabagainya.
Ketika anak merasa disayang oleh Mama dan Papa, mereka pun akan menyayangi Mama dan Papa sepenuh hati serta tidak akan membangkan.
3. Menanamkan karakter pada anak
Sebagai orangtua, Mama dan Papa memiliki kewajiban untuk menanamkan berbagai macam karakter baik pada anak-anak. Salah satunya, Mama dapat memberi pemahaman pada anak jika sebagai orangtua Mama bertugas membimbing kehidupannya hingga dewasa. Jadi, mereka tidak dapat semaunya sendiri. Dengan demikian, mereka tidak akan membangkan jika Mama memberi arahan dan nasihat.
4. Buat batasan-batasan penting, mana yang boleh diatur dan mana yang tidak boleh diatur
Orangtu berperan sebagai pembimbing anak-anak, bukan mengatur 100 persen kehidupannya. Untuk itu, penting sekali bagi Mama membuat batasan-batasan apa saja yang boleh Mama atur dan tidak.
Misalnya, dalam memilih sekolah anak, Mama ingin si Anak masuk sekolah A namun ternyata si Anak maunya masuk sekolah B. Tidak ada salahnya untuk melakukan diskusi terlebih dahulu untuk menentukan sekolah mana yang akhirnya dipilih.
Jangan sampai Mama merasa paling benar dengan mengutarakan sekolah A bagus, namun ternyata anak merasa keberatan untuk sekolah di sana hingga akhirnya ilmu yang diberikan tidak dapat diserap dengan baik olehnya.
Selain itu, jika Mama selalu bersikap keras dan mengatur seluruh kehidupan si Anak, maka suatu saat ia bisa memberontak.
5. Contohkan perilaku baik
Agar Anak benar-benar mematuhi segala arahan dan nasihat orangtua, tentu saja Mama harus memberi contoh terhadap mereka agar apa yang Mama bicarakan didengar dan dilakukan.
Misalnya, Mama meminta anak-anak untuk membereskan mainan setelah bermain, maka Mama pun harus membereskan peralatan bekerja setelah bekerja. Contoh lainnya, Mama membatasi anak bermain handphone, maka Mama pun harus membatasi diri kapan waktunya bermain handphone dan kapan harus bekerja atau bermain dengan anak.
Jika Mama telah mencontohkan perilaku tersebut pada Anak, maka nantinya anak pun mendengarkan ucapan Mama.
6. Mengajak anak untuk berbuat baik
Selain mencontohkan anak perilaku yang baik, Mama juga bisa mengajak anak untuk berbuat baik terhadap sesama. Misalnya, mengajak mereka untuk berbagi pada orang-orang yang kurang mampu, memberi makan kucing-kucing terlantar, tidak membeda-bedakan orang lain dari warna kulit, budaya, dan agama, serta masih perbuatan baik lainnya.
Komentar
Belum Ada Komentar