Kesulitan para penyandang disleksia


Disleksia, Kesulitan yang biasa ditemukan pada penyandang disleksia

 

Berikut ini merupakan beberapa kendala kesulitan yang biasa ditemukan pada penyandang disleksia, yaitu :

1). Masalah konsentrasi,

2). Daya ingat jangka pendek/short term memory (cepat lupa dengan instruksi),

3). Masalah dalam pengorganisasian (organizing),

4). Kesulitan dalam penyusunan atau pengurutan (sikuensing), entah itu berupa konsep hari, angka, ataupun huruf.

 

Penyandang disleksia biasanya mengalami masalah-masalah, seperti :

1).    Masalah fonologi, pengertiannya adalah hubungan sistematik antara huruf dan bunyi. Contoh : kesulitan membedakan ”paku” dengan ”palu”, keliru memahami kata-kata yang mempunyai bunyi hampir sama, seperti ”lima puluh” dengan ”lima belas”.

Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran, tetapi berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak.

 

2).    Masalah mengingat perkataan. Kebanyakan anak disleksia mempunyai level kecerdasan normal atau diatas normal. Namun, mereka mempunyai kesulitan mengingat perkataan. Mereka mungkin sulit menyebutkan nama teman-temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu” dikarenakan sulit dalam mengingat nama. Mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita, tetapi tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana.

3).    Masalah penyusunan yang sistematis atau berurut.

Anak disleksia mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan dalam setahun, hari dalam seminggu, atau susunan huruf dan angka. Mereka sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya lupa apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat latihan sepak bola. Padahal, orangtua sudah mengingatkannya bahkan mungkin hal itu sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya.

Mereka juga mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu. Misalnya mereka mengalami kesulitan memahami instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang pukul 08.00. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala mereka pun ”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak.

4).    Masalah ingatan jangka pendek (short term memory).

Anak disleksia mengalami kesulitan memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek.

Sebagai contoh : ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR Matematikanya, ya”... Instruksi yang diberikan sangat panjang dan terdiri dari beberapa tahap instruksi, maka kemungkinan besar anak disleksia tidak melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan ibunya.

 

5).    Masalah pemahaman sintaks.

Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda.

Sebagai contoh bentuk kalimat pasif dan kalimat aktif.