Dispraksia


Lebih dari Sekedar Ceroboh: Mengenal Anak dengan Dispraksia


Dispraksia, sering kali disalahartikan sebagai kecerobohan, sebenarnya adalah gangguan neurologis yang memengaruhi koordinasi dan keterampilan motorik anak. Anak-anak dengan dispraksia mungkin mengalami kesulitan dalam melakukan tugas sehari-hari seperti mengancing baju, menulis, atau bahkan berjalan dengan seimbang. Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih jauh tentang dispraksia, ciri-cirinya, dan bagaimana membantu anak-anak dengan kondisi ini.


Apa Itu Dispraksia?


Dispraksia adalah gangguan perkembangan koordinasi motorik yang memengaruhi kemampuan anak untuk merencanakan dan melaksanakan gerakan fisik yang membutuhkan ketepatan. Kondisi ini sering kali membuat anak tampak ceroboh atau kikuk, meskipun sebenarnya mereka menghadapi tantangan yang lebih dalam terkait keterampilan motorik halus dan kasar.


Ciri-Ciri Anak dengan Dispraksia


Beberapa tanda umum yang sering terlihat pada anak-anak dengan dispraksia meliputi:


1. Kesulitan dalam Kegiatan Motorik Halus  

Anak-anak dengan dispraksia sering kesulitan melakukan kegiatan yang membutuhkan keterampilan motorik halus, seperti menggambar, menulis, mengancing baju, atau menggunakan gunting.


2. Masalah dengan Koordinasi Motorik Kasar  

Mereka juga mungkin mengalami masalah dengan keseimbangan dan koordinasi yang lebih besar, seperti berlari, melompat, atau menangkap bola. Gerakan mereka bisa tampak kaku atau canggung.


3. Kesulitan Mengikuti Instruksi  

Anak-anak dengan dispraksia sering kesulitan dalam mengikuti serangkaian instruksi yang melibatkan perencanaan fisik atau mental, seperti merakit mainan atau mengikuti urutan langkah-langkah dalam tugas.


4. Kesulitan Menulis  

Tulisan tangan anak dengan dispraksia biasanya tampak tidak rapi dan sulit dibaca. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memegang pena atau pensil dengan benar.


5. Keterlambatan dalam Keterampilan Motorik  

Anak-anak ini mungkin mengalami keterlambatan dalam mencapai tonggak perkembangan motorik, seperti duduk, berjalan, atau berlari.


Cara Membantu Anak dengan Dispraksia


1. Terapi Okupasi  

Terapi okupasi sangat membantu dalam meningkatkan keterampilan motorik halus dan kasar anak. Terapis bekerja secara langsung dengan anak untuk mengajarkan mereka cara mengoordinasikan gerakan tubuh, meningkatkan keseimbangan, dan memperbaiki kemampuan dalam kegiatan sehari-hari.


2. Latihan Motorik di Rumah  

Orang tua dapat mendukung anak dengan menyediakan permainan atau aktivitas yang melibatkan keterampilan motorik halus, seperti bermain balok, meronce, atau mewarnai. Hal ini dapat membantu anak dalam melatih keterampilan tersebut secara menyenangkan.


3. Dukungan di Sekolah  

Anak dengan dispraksia mungkin memerlukan penyesuaian di sekolah, seperti waktu tambahan untuk menyelesaikan tugas tertulis atau menggunakan teknologi bantu seperti komputer untuk mengetik. Dukungan ini dapat membantu anak menghadapi tantangan belajar yang dihadapi.


4. Pahami dan Sabar  

Dispraksia bukan masalah kecerdasan, tetapi masalah dengan koordinasi. Penting bagi orang tua dan guru untuk memahami bahwa anak dengan dispraksia membutuhkan lebih banyak waktu dan kesabaran dalam mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan gerakan.