Istilah Asperger’s Syndrome secara resmi memang tidak lagi digunakan dalam DSM-5 dan kini masuk dalam kategori Autism Spectrum Disorder (ASD) Level 1. Namun, pemahaman mengenai profil unik anak Asperger’s tetap penting — terutama dalam konteks pendidikan, terapi, dan pendampingan anak di Indonesia. Salah satu aspek yang paling menarik dalam profil Asperger’s adalah kemampuan bahasanya. Banyak anak dengan Asperger’s terlihat pintar bicara, fasih berbahasa, bahkan memiliki kosa kata yang kaya.Tetapi penelitian Indonesia menunjukkan bahwa kemampuan tersebut menyimpan dinamika yang lebih kompleks dari yang terlihat. Sebuah studi linguistik terhadap anak Indonesia usia 6 tahun dengan Asperger’s memberikan gambaran mendalam mengenai kekuatan sekaligus tantangan mereka dalam memahami dan menggunakan bahasa secara sosial. Temuan ini sangat penting bagi orang tua, guru, dan profesional yang mendampingi anak dalam spektrum autisme.
Kekuatan Bahasa Anak Asperger’s
Penelitian menunjukkan bahwa anak dengan Asperger’s sering kali memiliki kemampuan verbal yang di atas rata-rata untuk usianya. Beberapa kekuatan yang ditemukan meliputi:
1. Kosakata luas dan terstruktur
Anak dapat menggunakan kata-kata dengan tepat, termasuk istilah teknis atau akademik yang biasanya muncul di usia lebih tinggi.
2. Pemahaman verbal kuat
Dalam tes kemampuan verbal, anak menunjukkan performa sangat baik, terutama dalam memahami definisi, aturan tata bahasa, dan struktur kalimat.
3. Daya ingat dan kemampuan simbolik tinggi
Anak dengan Asperger’s umumnya unggul dalam:
-
menghafal angka
-
mengenali pola
-
memahami konsep simbolik
-
mengikuti formula atau aturan bahasa
Ini konsisten dengan kecenderungan mereka menyukai sistem tertutup seperti matematika, daftar, atau topik tertentu yang sangat spesifik.
Tantangan Bahasa yang Sering Tidak Terlihat
Meskipun fasih berbicara, penelitian menunjukkan anak Asperger’s mengalami hambatan signifikan di aspek bahasa sosial — bagian bahasa yang tidak selalu terlihat dalam percakapan biasa.
1. Kesulitan Semantik (Memahami Makna Mendalam)
Anak dapat menjelaskan fakta, tetapi:
-
sulit menangkap maksud tersirat
-
tidak memahami makna ganda
-
bingung menghadapi pertanyaan terbuka
-
cenderung menjawab secara sangat literal
Misalnya, saat ditanya “Kenapa kamu suka permainan ini?”, respon anak bisa sangat faktual, tanpa pemahaman konteks emosional atau sosial.
2. Tantangan Pragmatik (Menggunakan Bahasa untuk Berinteraksi)
Penelitian menegaskan bahwa anak mampu berbicara, tetapi kesulitan dalam menggunakan bahasa dalam hubungan sosial.
Beberapa contohnya:
-
sulit memulai atau mempertahankan percakapan
-
tidak menangkap giliran bicara
-
mendominasi percakapan dengan minat spesifiknya
-
tidak membaca ekspresi wajah lawan bicara
-
tidak mengenali kapan harus berhenti atau berganti topik
3. Bahasa Nonliteral (Sarkasme, Idiom, Humor)
Ini adalah aspek yang paling sulit.
Anak mungkin memahami kata per kata, tetapi tidak makna keseluruhannya.
Contoh:
Kalimat “Bisa lebih pelan sedikit?” dianggap perintah literal, bukan ekspresi sosial yang halus.
4. Kontak mata tidak stabil
Kombinasi antara fokus internal yang kuat dan kesulitan membaca ekspresi sosial membuat anak cenderung tampak tidak menatap lawan bicara secara konsisten.
Ketimpangan Kemampuan: Ciri Khas Asperger’s
Temuan penelitian Indonesia menguatkan literatur dunia:
anak dengan Asperger’s sering memiliki ketimpangan antara:
-
kemampuan linguistik formal (tinggi)
dan -
kemampuan linguistik sosial (rendah)
Inilah yang membuat mereka:
-
tampak “pintar bicara”,
-
tetapi tetap dianggap “aneh”, “kurang sopan”, atau “kaku” dalam percakapan,
padahal mereka sedang berjuang memahami level bahasa yang tidak eksplisit.
Profil unik inilah yang membedakan Asperger’s dari bentuk ASD lain — meski sekarang semuanya disatukan dalam ASD Level 1.
Implikasi bagi Orang Tua, Guru, dan Terapis
Memahami profil bahasa ini sangat penting agar pendampingan lebih tepat sasaran. Beberapa implikasi praktis:
1. Jangan terkecoh oleh kemampuan verbal tinggi
Anak mungkin terlihat sangat cerdas secara bahasa, tetapi tetap membutuhkan dukungan dalam interaksi sosial.
2. Fokus pada kemampuan pragmatik
Intervensi sebaiknya menekankan:
-
percakapan dua arah
-
membaca konteks sosial
-
memahami ekspresi dan gesture
-
fleksibilitas bahasa
3. Gunakan minat spesifik sebagai jembatan interaksi
Anak Asperger’s memiliki minat yang sangat intens; gunakan ini sebagai pintu masuk untuk melatih komunikasi dua arah.
4. Berikan instruksi yang jelas, langsung, dan tidak ambigu
Semakin literal bahasanya, semakin mudah dipahami.
5. Jangan menganggap hambatan pragmatik sebagai masalah sikap
Ini adalah profil neurologis, bukan kurang sopan atau sengaja tidak peduli.
Kesimpulan: Profil Bahasa Asperger’s Itu Unik dan Kompleks
Penelitian Indonesia mempertegas bahwa kemampuan bahasa anak dengan Asperger’s bukan sekadar “pintar bicara”.
Mereka memiliki kekuatan luar biasa di aspek linguistik formal dan kognitif, tetapi juga kesulitan nyata di:
-
memahami makna sosial
-
berinteraksi
-
menangkap pesan nonliteral
Memahami profil unik ini membantu kita memberikan dukungan yang lebih adil, manusiawi, dan efektif.
Referensi
Ritonga, Waruwu, et al.
Analisis Kemampuan Linguistik dan Metalinguistik pada Anak dengan Sindrom Asperger.
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi. 2023.



Comments
No Comments