Kenali Penyebab Balita Batuk


Batuk merupakan penyakit yang umum di segala kalangan usia, termasuk balita. Meskipun Anda sudah tak asing dengan penyakit ini, batuk di malam hari dapat mengganggu waktu tidur balita dan orangtua. Padahal tidur yang cukup dibutuhkan untuk mendukung perkembangan si Kecil.

 

Biasanya, batuk malam hari tidak perlu dikhawatirkan, dan kemungkinan besar merupakan gejala virus yang akan hilang dengan sendirinya. Saat balita batuk, suara yang dikeluarkan atau gejala yang menyertainya dapat membantu Anda dalam mengidentifikasi penyebabnya.

 

Ini bisa disebabkan oleh berbagai alasan, seperti pilek, asma, refluks asam, atau infeksi sinus.

 

Untuk mengetahui beberapa kemungkinan penyebab anak mengalami batuk di malam hari, berikut Kami telah merangkum 6 penyebab balita batuk di malam hari, yang perlu Anda tahu.

 

1. Post-nasal drip

Di dalam tubuh, lendir melapisi saluran udara, menjebak dan menghilangkan iritasi, serta melawan infeksi. Tetapi beberapa kondisi, seperti infeksi dan alergi, dapat menyebabkan seseorang merasakan lendir menumpuk atau menetes ke tenggorokan mereka.

 

Ketika kelebihan lendir mengalir di tenggorokan, ini disebut sebagai post-nasal drip. Ini adalah pemicu umum untuk batuk malam hari dan sakit tenggorokan. Namun, kondisi ini biasanya tidak menyebabkan batuk yang dalam atau mengi.

 

Membantu anak tidur dalam posisi yang lebih tinggi dapat mengurangi batuk akibat post-nasal drip. Jika balita tampak batuk lebih banyak di malam hari selama waktu-waktu tertentu dalam setahun, atau setelah bermain dengan beberapa hewan, ia mungkin memiliki alergi.

 

Berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli alergi dapat membantu mengidentifikasi apa yang membuat mereka alergi dan menentukan pengobatan terbaik.

 

2. Batuk menggonggong (croup)

Croup atau batuk menggonggong paling sering terjadi pada anak-anak berusia antara enam bulan hingga tiga tahun. Gejalanya termasuk batuk menggonggong yang khas dan cenderung memburuk di malam hari. Gejala lain termasuk:

 

·         Kesulitan bernapas

·         Pernapasan berisik

·         Suara serak

·         Demam

 

Terkadang, gejala seperti pilek dapat terjadi sebelum mengalami croup. Kondisi ini berkembang ketika tenggorokan dan pita suara menjadi bengkak dan meradang. Anak laki-laki lebih mungkin terkena croup daripada anak perempuan.

 

Salah satu cara untuk mengatasi croup adalah menggunakan humidifier atau pelembab udara. Ini juga efektif untuk mengatasi beberapa batuk yang disertai hidung tersumbat dan pilek.

 

Seorang dokter mungkin meresepkan epinefrin nebulasi ketika seorang balita mengalami croup dengan kondisi sedang hingga parah

 

3. Batuk rejan

Gejala khas batuk rejan, juga dikenal sebagai pertusis, adalah penyakit pada saluran pernapasan dan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

 

Ketika balita tidak mendapatkan vaksinasi atau imunisasi pertusis dan tertular infeksi, batuk mereka dapat meningkat. Bahkan muntah juga sering terjadi pada anak-anak dengan kondisi tersebut. Batuk rejan sangat berbahaya bahkan fatal pada bayi.

 

Infeksi bakteri adalah penyebab utama batuk rejan, sehingga dokter seringkali mengobatinya dengan antibiotik.

 

Saat menerima perawatan untuk kondisi tersebut, pastikan si Kecil meminum banyak cairan. Makan dalam jumlah kecil dapat membantu mencegah muntah yang disebabkan batuk rejan.

 

4. Batuk disertai mengi

Dilansir dari WebMD, batuk yang disertai mengi di malam hari dapat mengindikasikan asma masa kanak-kanak. Gejala asma lainnya pada anak-anak meliputi:

 

·         Sesak napas

·         Sesak di sekitar dada

·         Pernapasan cepat dan dangkal

·         Gejala semakin memburuk ketika anak berada di sekitar asap, serbuk sari, atau pemicu lain yang diketahui

·         Sering masuk angin

Selain asma, kondisi batuk yang disertai mengi di malam hari juga bisa disebabkan oleh alergi. Seperti debu, serbuk sari, atau tungau, yang membuat tubuh menangkap zat tersebut sebagai benda asing. Kondisi ini akan memicu respon imun untuk memproduksi dahak.

 

Namun jika seorang balita menunjukkan gejala asma, penting untuk segera berbicara dengan dokter agar anak bisa diberikan pengobatan lebih awal dan berpotensi menghindari komplikasi, seperti serangan asma.

 

5. Batuk disertai muntah

Batuk pada malam hari yang disertai muntah sangat meresahkan bagi anak dan orangtua. Terkadang, gejala-gejala ini terjadi ketika balita tidak dapat mengeluarkan lendir secara efektif, jadi muntah adalah cara tubuh membersihkannya.

 

Dalam kasus lain, muntah dan batuk mungkin menunjukkan kondisi yang lebih serius seperti asma atau pneumonia. Dengan pneumonia, seorang anak mungkin batuk, muntah, dan datang dengan gejala lain yang mempengaruhi kesehatan mereka secara keseluruhan.

 

Gejala-gejala ini termasuk:

 

·         Laju pernapasan cepat

·         Panas dingin

·         Dada yang sakit

·         Demam

·         Mudah kelelahan

 

Jika balita mengalami beberapa gejala ini bersamaan dengan batuk dan muntah, segera bawa anak ke ruang gawat darurat. Jika dokter mendiagnosis pneumonia, mereka akan mengobati kondisi tersebut dengan antibiotik.

 

6. Batuk disertai demam

Jika Anda memerhatikan anak yang alami batuk dan demam di malam hari, penting untuk tetap tenang. Sebagai gantinya, Anda dapat memantau gejalanya untuk melihat apakah demam semakin membaik atau sebaliknya.

 

Salah satu penyebab balita batuk yang disertai demam adalah flu. Beberapa gejala flu yang bisa diperhatikan adalah:

 

·         Demam

·         Batuk

·         Muntah

·         Perubahan perilaku seperti kehilangan nafsu makan

 

Saat balita mengalami flu, penting untuk menjaga agar ia tetap terhidrasi.

Selain itu, orangtua juga harus berbicara dengan dokter. Jika kondisinya memburuk tanpa pengobatan, anak mungkin bisa mengalami infeksi telinga tengah.

 

Ketika merawat balita karena demam, orangtua sebaiknya tidak memberikan aspirin. Dilansir dari Very Well Health, memberikan aspirin pada balita yang terkena influenza (flu), dapat menyebabkan kondisi yang berpotensi fatal yang disebut sindrom Reye.

 

Reye didefinisikan oleh kerusakan otak mendadak dan masalah fungsi hati. Dapat menyebabkan kejang, koma, dan kematian. Sebaliknya, Anda dapat harus memberikan acetaminophen atau ibuprofen, sesuai dosis yang dianjurkan.