Menjaga Keharmonisan Pasangan dalam Perjalanan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)


Mendidik anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah tugas yang penuh cinta, pengorbanan, dan ketangguhan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan emosional, fisik, dan psikologis yang muncul dalam proses ini sering kali berdampak pada hubungan suami istri. Hubungan yang awalnya hangat bisa mulai terasa renggang jika pasangan tidak mampu mengelola beban bersama secara sehat. Karena itu, menjaga keharmonisan dalam rumah tangga bukanlah sebuah pilihan, melainkan kebutuhan yang mendasar agar tetap kuat mendampingi anak istimewa.


Kunci utama dari hubungan yang harmonis adalah komunikasi terbuka dan jujur. Saling berbagi perasaan, kekhawatiran, dan harapan sangat penting agar tidak ada yang merasa sendirian dalam perjalanan ini. Ketika merasa lelah atau frustrasi, sampaikan perasaan dengan bahasa yang baik dan tidak menyalahkan, misalnya menggunakan kalimat “aku merasa lelah hari ini” dibanding “kamu tidak membantu sama sekali”. Komunikasi yang sehat membuka ruang empati dan mengurangi risiko konflik.


Selain itu, penting bagi pasangan untuk membagi peran dan tanggung jawab secara adil. Tidak semua hal harus dikerjakan satu pihak. Misalnya, jika ibu menemani terapi anak, ayah bisa mengambil alih pekerjaan rumah tangga atau menemani anak bermain. Saat salah satu merasa kewalahan, pasangan yang lain perlu memberi ruang istirahat. Pembagian tugas yang seimbang akan menjaga kesejahteraan mental dan fisik kedua belah pihak. Di tengah segala kesibukan dan rutinitas pengasuhan, meluangkan waktu berdua tanpa gangguan juga tak boleh diabaikan. Waktu bersama bisa sesederhana berbincang santai sebelum tidur, berjalan-jalan sebentar, atau menikmati secangkir kopi bersama. Momen-momen kecil ini bisa menjaga keintiman dan memperkuat ikatan emosional.


Sikap saling menghargai dan fleksibel menjadi dasar penting dalam menyikapi perbedaan pendekatan dalam mengasuh anak. Setiap individu memiliki cara tersendiri, dan perbedaan itu bukan untuk dipertentangkan, tetapi dicari titik temunya. Menghargai usaha pasangan sekecil apa pun akan menumbuhkan rasa saling menghormati.


Belajar bersama tentang kondisi anak juga membantu menyatukan sudut pandang. Dengan membaca buku, mengikuti seminar, atau berkonsultasi ke ahli, pasangan bisa membangun pemahaman yang sama. Ini akan mengurangi kesalahpahaman dan membantu menyusun strategi pengasuhan yang tepat. Tentu saja, semua itu tak akan berjalan baik jika kesehatan fisik dan mental tidak dijaga. Istirahat yang cukup, menjaga pola makan, serta melakukan aktivitas yang menyenangkan penting dilakukan. Jika merasa kewalahan, jangan ragu mencari bantuan dari komunitas sesama orang tua ABK atau konselor profesional.


Akhirnya, berdoa dan bersabar menjadi kekuatan yang menguatkan langkah. Bersyukur atas setiap perkembangan anak, sekecil apa pun, akan menumbuhkan semangat dan menguatkan hati. Ketika suami dan istri berjalan bersama, saling mendukung, dan saling menguatkan, maka setiap tantangan akan terasa lebih ringan.