Sensory Processing Disorder


SPD atau bisa juga disebut sensory integration dysfunction merupakan gangguan neurologis di mana informasi sensorik yang diterima seseorang, menghasilkan respon yang abnormal.

Proses sensorik mengacu pada cara sistem saraf menerima pesan dari indera manusia dan mengubahnya menjadi berbagai macam respon.

Bagi mereka yang mengalami gangguan sensorik, informasi sensorik yang masuk ke otak tidak ditata dalam respon yang sesuai.

“Mereka akan mempersepsikan atau merespon informasi sensorik secara berbeda dari kebanyakan orang lain,” jelas dr. Laura Djuriantina, Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik RS Pondok Indah – Pondok Indah.

Berdasarkan The Journal for Nurse Practitioners, anak-anak penderita SPD mengalami kesulitan dalam mendeteksi, mengatur, menafsirkan, dan merespons input indera.

Berbeda dengan orang yang memiliki gangguan penglihatan atau gangguan pendengaran, mereka yang mengalami gangguan sensorik sebenarnya dapat mendeteksi informasi sensorik namun diterima secara “campur aduk” di otak mereka.

Akibatnya respon yang keluar akan tidak sesuai dengan konteks.

Ingin tahu informasi lengkap mengenai Sensory Processing Disorder? Simak pembahasannya di bawah ini.

 

Apa Itu Sensory Processing Disorder?

Sensory Processing Disorder (SPD) adalah gangguan saraf yang diakibatkan oleh ketidakmampuan otak untuk mengintegrasikan informasi tertentu yang diterima dari sistem sensorik tubuh.

Orang yang memiliki kondisi ini akan bereaksi secara ekstrem terhadap hal-hal normal yang dia alami.

SPD bervariasi antara individunya, misal anak-anak dapat dilahirkan hipersensitif (terlalu responsif terhadap rangsangan), atau hiposensitif (kurang responsif terhadap rangsangan) yang dapat mengakibatkan penghindaran suatu aktivitas.

Namun, keduanya memiliki kesamaan yaitu dapat mengalami kesulitan dalam mengelola sensorik.

Anak dengan SPD biasanya memiliki tanda-tanda yang sangat terganggu sehingga mengalami masalah dengan kegiatannya sehari-hari.

 

Penyebab Sensory Processing Disorder

Penyebab pasti dari masalah pemrosesan sensorik hingga saat ini belum teridentifikasi.

Namun, sebuah studi tahun 2006 menemukan bahwa hipersensitivitas terhadap cahaya dan suara mungkin memiliki komponen genetik yang kuat.

Kemudian penelitian lain juga menunjukkan bahwa anak-anak dengan masalah pemrosesan sensorik memiliki aktivitas otak yang tidak normal ketika mereka terpapar cahaya dan suara secara bersamaan.

Dengan adanya hasil tersebut membuat para dokter sedang mengeksplorasi hubungan genetik dan pemicu SPD, yang berarti itu bisa terjadi dalam keluarga.

Beberapa dokter percaya mungkin ada hubungan antara autisme dan SPD.

Ini bisa berarti bahwa orang dewasa yang menderita autisme lebih mungkin memiliki anak yang menderita SPD.

Namun, penting untuk dicatat bahwa kebanyakan orang yang menderita SPD tidak menderita autisme.

 

Tanda Sensory Processing Disorder pada Anak

Menurut dr. Laura Djuriantina, anak yang memiliki SPD juga akan berubah menjadi sosok yang sangat sensitif.

Pakaian mungkin akan selalu dirasa membuat gatal, lampu mungkin akan selalu terasa terlalu terang, suara mungkin akan terdengar terlalu keras, dan lain sebagainya.

Bukan tanpa sebab, beberapa hal yang disebutkan di atas ini muncul akibat Sensory Processing Disorder ini memengaruhi satu indera, seperti pendengaran, sentuhan, atau rasa dan mungkin mempengaruhi banyak indera secara bersamaan.

Seperti banyak kondisi gangguan mental lainnya, gejala gangguan pemrosesan sensorik ada dalam spektrum yang membuatnya berubah menjadi sosok yang sangat sensitif.

Tanda atau gejala anak dengan SPD yang terlalu sensitif muncul ketika mereka:

  • Pikirkan pakaian terasa terlalu gatal atau gatal

  • Pikirkan lampu tampak terlalu terang

  • Pikirkan suara terdengar terlalu keras

  • Pikirkan sentuhan lembut terasa terlalu keras

  • Rasakan tekstur makanan yang membuat mereka muntah

  • Memiliki keseimbangan yang buruk atau tampak canggung

  • Takut bermain ayunan

  • Bereaksi buruk terhadap gerakan tiba-tiba, sentuhan, suara keras, atau cahaya terang

  • Memiliki masalah perilaku

Si Kecil dengan SPD juga sangat mungkin dapat memiliki keseimbangan yang buruk atau tampak canggung, terkadang takut bermain di ayunan, bereaksi buruk terhadap gerakan yang tiba-tiba, atau sentuhan.

Terkadang gejala ini terkait dengan keterampilan motorik yang buruk juga. Anak dengan SPD mungkin mengalami kesulitan memegang pensil atau gunting.

Ia mungkin mengalami kesulitan menaiki tangga atau memiliki massa otot yang rendah. Ia juga mungkin mengalami keterlambatan berbicara atau kemampuan berbahasa yang lambat.

Pada anak yang lebih besar, gejala-gejala ini dapat merusak kepercayaan dirinya. Mereka dapat terisolasi secara sosial, dan lama kelamaan dapat memicu depresi.

Kebalikannya dari over sensitive yaitu kurang sensitif dapat juga terjadi pada anak yang memiliki SPD yang membuat mereka tidak responsif terhadap apa pun di sekitar mereka.

Anak-anak mungkin kurang sensitif (mencari sensor) jika mereka:

  • Tidak bisa duduk dia

  • Cari sensasi (suka melompat, ketinggian, dan berputar)

  • Bisa berputar tanpa pusing

  • Jangan menangkap isyarat sosial

  • Jangan mengenali ruang pribadi

  • Mengunyah benda-benda (termasuk tangan dan pakaian mereka)

  • Carilah stimulasi visual (seperti elektronik)

  • Memiliki masalah tidur

  • Tidak mengenali ketika wajah mereka kotor atau hidung meler

Jika Anda menemukan beberapa tanda yang sudah disebutkan di atas ada baiknya untuk segera melakukan konsultasi pada dokter.

Hal ini dilakukan agar Anda dapat mengetahui apa yang tengah dialami oleh Si Kecil.

 

SUMBER