Tips Menstimulasi Anak Batita untuk Berbicara dan Berkomunikasi
Uploaded on April 30, 2014
Dari
beberapa referensi yang saya baca, speech development atau perkembangan
kemampuan berbicara pada anak dipengaruhi oleh nature (genetika) dan
nurture (pola asuh).
Pada porsi tertentu, genetika menentukan
intelegensia anak juga perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa,
tetapi dalam hal ini lingkungan atau pola asuh memegang porsi/peranan
yang lebih besar.
Apakah seorang anak menerima cukup stimulasi di rumah, di daycare/playgroup, atau secara umum di lingkungannya?
Apakah terdapat kesempatan yang cukup bagi anak untuk berkomunikasi dan berpartisipasi?
Umpan balik atau feedback seperti apakah yang diperoleh anak?
Jika
memang terdapat masalah perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa
pada anak, yang mungkin disebabkan oleh banyak hal, intervensi dini
sebaiknya dilakukan untuk mengatasinya.
Seperti pernah saya
ceritakan di tulisan sebelumnya, masalah Alma adalah speech as well as
language delay karena kurangnya stimulasi atau lingkungan yang kurang
kondusif.
Dokter tumbuh kembang anak merekomendasikan terapi
pendahuluan berupa Terapi Okupasi/Sensori Integrasi (TO/SI) sebelum
'meningkat' ke Terapi Wicara (TW). Berikut saya coba rangkum beberapa
input penting yang saya dapat dari dua orang terapis Alma:
Terapi okupasi:
Terapi
okupasi dapat dirancang untuk berbagai tujuan khusus, yang intinya
adalah melibatkan anak dalam aktivitas tertentu (bermain) yang
sebenarnya memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan kognitif,
kemandirian, dan interaksinya dengan lingkungan (interaksi sosial).
Dalam
kasus Alma, anak dilatih untuk belajar fokus karena mampu berbicara dan
berbahasa adalah hasil akhir dari kemampuan untuk
melihat/memperhatikan, mendengar, dan meniru (mengimitasi). Hal tersebut
diajarkan melalui beberapa cara berikut:
Memberi instruksi sederhana (disertai intonasi) secara perlahan tapi tegas.
Mengasah
atensi, konsentrasi, konsistensi, dan ketahanan dalam aktivitas melalui
bermain: memasang problem, meronce, melempar bola ke dalam lubang,
memasukkan biji kedelai ke dalam botol kecil, mewarnai, menggaris,
menggunting kertas. Secara tidak langsung, kemampuan aesthetic motorik
juga terasah.
Rangkaian aktivitas berurut (sequencing tasks) yang
bertujuan. Buat rancangan urutan permainan, misalnya letakkan kepingan
problem di anak tangga paling bawah, sementara letakkan papan challenge
di anak tangga paling atas. Buat anak memasang satu persatu kepingan
problem sampai selesai sesuai urutan (ambil kepingan challenge, naik
tangga, pasang puzzle, lalu turun kembali untuk mengambil kepingan
selanjutnya sampai selesai).
shapes
Gambar: Contoh problem berbagai bentuk
animals
Gambar: Contoh challenge binatang
meronce
Gambar: Benang dan manik kayu untuk meronce
Dalam
aktivitas di atas, atensi, konsentrasi, konsistensi, dan ketahanan anak
"tergambar" secara tidak langsung, sehingga dapat diketahui
kemajuan/perkembangan anak pada awal dan setelah terapi berlangsung
dalam jangka waktu tertentu. Misal, di awal terapi hanya mampu
menyelesaikan setengah puzzle, setelah satu bulan mampu menyelesaikan
seluruh challenge.
Setelah anak dianggap telah cukup fokus,
terapis kemudian memberikan rekomendasi kepada dokter tumbuh kembang
untuk selanjutnya dilakukan skrining kesiapan untuk 'meningkat' ke
terapi selanjutnya yaitu terapi wicara.
Terapi Wicara:
Berikut
saya rangkum cara mengajarkan anak berbicara dan berkomunikasi dari
beberapa referensi dan tentunya berdasarkan pengalaman dan input yang
saya dapat dari terapis wicaranya Alma:
Ajaklah anak bicara sejak
dia lahir. "Mendengar" merupakan hal pertama sebelum berbicara dan
bahkan bermanfaat untuk bayi baru lahir. Berikan respon jika bayi mulai
babbling. Pengalaman saya: Hal inilah yang terlewat pada Alma.
mother-talking-to-baby
Gambar: sheknows.com
Banyaklah
berbicara pada anak. Misalnya, saat sedang masak saya ceritakan apa
yang sedang saya potong, cuci, rebus, kemudian ceritakan juga saat
sedang membersihkan rumah, sedang menyapu, mengepel, dan lain-lain.
busy-mom-clipart
Gambar: mommyhanny.com
Household-appliances-4
Gambar: vectors-free. com.
Bisa
juga sambil memberi tahu anak nama-nama benda yang ada di rumah,
misalnya meja makan, kursi, kulkas, mesin cuci, dan lain-lain, serta
berbagai jenis sayuran dan buah-buahan. Selain itu, ceritakan apa yang
sedang dialami anak, misalnya saat anak sedang dimandikan Anda dapat
bercerita mengenai apa saja yang digunakan (air hangat, sabun, sampo)
sambil memberitahu nama-nama anggota tubuh.
bath2.
Gambar: dreamstime.com.
Latih
atau stimulasi oral motoriknya dengan mengajak anak berdecak, mengecap,
menggumam panjang, mendesis, menggetarkan bibir, menjulurkan lidah,
menggerakkan lidah ke kiri dan kanan sudut bibir, dan lain-lain. Bisa
juga sambil mengajak anak bermain meniup busa sabun. Input ini saya
peroleh dari terapis wicaranya Alma. Hal ini penting untuk melatih
'kelenturan' alat dental (bibir, pipi, lidah, rahang) untuk dapat
berbicara dengan benar.
bubble.
Gambar: dreamstime.com.
Bicara
dengan perlahan, lihat ke arah anak, biarkan anak mengamati gerak bibir
kita, tunjukkan artikulasi yang benar, penggal per suku kata. Jika
artikulasi anak belum benar, jangan dikritik, melainkan beri contoh yang
benar saat itu juga. Misalnya anak bilang, "Obing", tanggapi dengan,"
Mo-bil, Nak". Pengalaman saya: Saya seringkali berbicara terlalu cepat
pada Alma padahal anak perlu bukan hanya mendengar artikulasi yang jelas
tapi juga perlu mengamati gerak bibir agar dapat meniru (mengimitasi)
kemudian mereproduksi kata tersebut (berbicara).
Sambil berbicara, gunakan bahasa tubuh (motion). Beri anak kesempatan untuk mengikuti/mengimitasi.
Perpanjang
atau kembangkan apa yang dikatakan anak. Pengalaman saya: Misalnya,
anak minta air minum dengan berkata, "Minum", sebelumnya saya biasanya
langsung memberikan air minum pada Alma, ternyata ini kurang tepat.
Seharusnya, direspon/dikembangkan seperti berikut:.
A (Alma): "Minum".
B (Bubu): "Oh, Alma mau minum? Bilang begini, Nak: Bu, Alma mau minum".
Kemudian
ajak anak untuk mengikuti/mengimitasi ucapan permintaan tersebut.
Walaupun belum sempurna, pengulangan akan menanamkan memori auditori
pada anak sehingga pada saat tertentu akhirnya anak akan bisa berbicara
dengan pola kalimat yang benar.
Rancang aktivitas (sebagai sarana
berbicara) yang sesuai minat dan kesenangan anak. Padahal lewat bermain,
anak dapat belajar banyak. Ya, memang harus meluangkan waktu khusus
untuk mengajak/menemani anak 'bermain'.
Lain waktu, orangtua
menunjuk biarkan anak yang menyebut siapa subjeknya. Ini membantu anak
meningkatkan kemampuan menamai (labelling).
Ajak anak melihat gambar
aktivitas untuk memperkenalkan kata kerja. Beliau menyarankan saya untuk
menunjukkan foto saya atau ayahnya atau siapapun yang dikenal anak
sedang melakukan aktivitas tertentu., setelah anak menjawab, teruskan
dengan pertanyaan lain, misalnya, "Bubu sedang ada di mana ya?".
ironing.
Gambar: mizjuneytalks.blogspot.com.
Terapisnya
Alma menjelaskan pada saya bahwa ini penting untuk mengenalkan anak
pada jumlah suku kata. Kemudian, sebutkan kata-kata yang terdiri dari
dua suku kata, biarkan anak mengikuti.
Ajak anak bermain untuk
mendiskriminasikan dan mengingat bunyi (persepi dan memori auditori).
Selain bermain di klinik tumbuh kembang bersama terapisnya, hal ini juga
saya lakukan di rumah. Alat bantu yang digunakan dapat berupa piano
yang berisi macam-macam suara binatang. Orangtua menekan satu suara
binatang, kemudian minta anak menebak suara apakah itu. Sebelumnya,
kenalkan anak dengan berbagai suara binatang terlebih dahulu.
piano.
Gambar: ebay.co.uk.
Bacakan
anak buku dengan suara dan artikulasi yang jelas, jika perlu dengan
gesture yang sesuai. Membaca buku melatih anak untuk mendengar dan
mengasah kemampuan labelling (menamai), juga akan menambah
perbendaharaan kata dan melatih imajinasinya.buku book2.
Bernyanyi
untuk anak atau ajak anak bernyanyi bersama, lebih baik kalau
menggunakan musik. Melalui nyanyian, anak belajar kosa kata baru,
mengasah daya ingatnya, mengasah kemampuan mendengar juga membuat anak
belajar berekspresi melalui kata-kata.
Temani anak menonton video
clip yang dapat menambah perbendaharaan kata nya. Padahal, dengan
membiarkan anak menonton sendiri, ia hanya dapat menerima input yang
tidak dimengerti sepenuhnya, disinilah orangtua seharusnya berperan.
Ceritakan/jelaskan apa yang ditonton, jadikan sebagai bahan input
perbendaharaan kata dan ruang untuk stimulasi anak.
Buat
rancangan urutan permainan, misalnya letakkan kepingan challenge di anak
tangga paling bawah, sementara letakkan papan problem di anak tangga
paling atas. Bicara dengan perlahan, lihat ke arah anak, biarkan anak
mengamati gerak bibir kita, tunjukkan artikulasi yang benar, penggal per
suku kata. Rancang aktivitas (sebagai sarana berbicara) yang sesuai
minat dan kesenangan anak. Beliau menyarankan saya untuk menunjukkan
foto saya atau ayahnya atau siapapun yang dikenal anak sedang melakukan
aktivitas tertentu. Ceritakan/jelaskan apa yang ditonton, jadikan
sebagai bahan input perbendaharaan kata dan ruang untuk stimulasi anak.
Komentar
Belum Ada Komentar