Pertanyaan Utama untuk Identifikasi Anak Autis


Penting bagi setiap orangtua untuk terus memperhatikan perilaku anak sejak dini.

 

Hal tersebut dimaksudkan untuk melihat apakah mereka menunjukan tanda-tanda autisme atau tidak.

 

Penelitian juga menunjukkan bahwa orangtua pada umumnya melihat perbedaan perkembangan anaknya bahkan sebelum dia berumur satu tahun.

 

Tidak ada tes medis yang dapat menentukan apakah seorang anak memiliki gangguan spektrum autisme, tetapi ada sejumlah perilaku dan keterlambatan perkembangan yang dapat menunjukkan bahwa anak Anda memiliki autisme.

 

Jelas, hanya seorang profesional medis yang dapat membuat diagnosis yang akurat, tetapi Anda masih bisa mengawasi apa pun yang kelihatannya salah sehingga Anda dapat segera memeriksannya ke dokter sebelum terlambat.

 

Tujuh ciri tanda anak mengalami autisme bisa dijawab lewat pertanyaan berikut:

 

1. Apakah anak memiliki ketertarikan pada anak lain?

2. Apakah anak menggunakan telunjuk untuk menunjukkan rasa tertarik pada sesuatu?

3. Apakah anak mau menatap mata lebih dari 1-2 detik?

4. Apakah anak meniru gerakan atau raut wajah anda?

5. Apakah anak memberi reaksi bila namanya dipanggil?

6. Jika anda menunjuk sesuatu, apakah anak melihat pada benda yang ditunjuk tersebut?

7. Apakah anak anda pernah bermain role play? Seperti berpura-pura menyuapi boneka, berbicara di telepon, dsb?

 

Seorang anak bisa jadi autis jika pertanyaan di atas jawabannya “TIDAK” pada minimal 2 pertanyaan. Kalau Anda merasa ada yang tidak beres dengan anak Anda, sebaiknya periksakan ke dokter tumbuh kembang ya!

 

Menurut psikolog sekaligus ketua Masyarakat Peduli Autis Indonesia (Yayasan MPATI), Gayatri Pamoedji, anak yang sudah dinyatakan autis kemudian tentu memerlukan terapi sesuai yang disarankan dokter. Terapinya ada tiga macam dan idealnya dilakukan dalam 30-40 jam seminggu.

 

Yang pertama adalah terapi perilaku mau patuh, duduk, kontak mata, bisa menjawab namanya siapa dan menoleh ketika dipanggil.

 

Yang kedua, adalah terapi wicara karena komunikasinya terganggu. Paling sederhana, mulai dengan 10 benda yang paling sering dipakai.

 

Yang terakhir, adalah terapi okupasi. Ini adalah “olahraga: yang mengatur koordinasi tangan, motorik halus dan kasar. Dan ini bisa dilakukan di rumah lho!