Waspada Stunting Pada Anak


Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, satu dari tiga anak menderita stunting. Kondisi tersebut juga terbukti dapat dialami siapa saja, baik masyarakat kelas bawah, menengah, maupun atas.

 

Waspada Stunting pada Anak

Pola makan sebagian Ibu hamil dan menyusui masih cenderung tinggi karbohidrat dan lemak. Padahal, ibu hamil dan menyusui perlu mengonsumsi asupan tinggi protein dan inulin untuk membantu kesehatan tubuh dan memenuhi nutrisi buah hati supaya tidak mengalami stunting.

 

Selain itu, di awal kehamilan, sebagian besar Ibu juga mengalami mual dan muntah. Jika hal ini tidak diimbangi dengan alternatif nutrisi selama kehamilan, buah hati yang masih di dalam kandungan berisiko lebih tinggi mengalami stunting.

 

Apa itu stunting? Kondisi ini adalah ketika buah hati gagal tumbuh sesuai usianya. Terjadinya stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk genetik serta tidak terpenuhinya asupan nutrisi Ibu sewaktu hamil dan pada saat persiapan kehamilan.

 

Akibat stunting, selain mempengaruhi kecerdasan, buah hati berisiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit degeneratif, seperti jantung, stroke, dan diabetes di masa depan.

 

Tak hanya itu saja, stunting yang dibiarkan terjadi terus-menerus juga bisa membuat buah hati lebih berisiko mengalami kematian akibat infeksi.

 

Lalu, apa saja tanda-tanda stunting pada buah hati yang baru lahir? Ciri utama stunting adalah bentuk tubuh yang lebih kecil dari anak lain seusianya.

 

Faktanya, pada awal-awal kehidupan, buah hati harusnya bisa tumbuh dengan sangat cepat. Setiap bulannya, panjang badan buah hati akan bertambah sekitar 1,5–2,5 centimeter hingga usia 6 bulan.

 

Jika pertumbuhan buah hati Ayah dan Ibu berada di bawah angka tersebut, bisa jadi ia mengalami stunting.

 

Bisakah Stunting pada Anak Dicegah dengan Menyusui?

Terpenuhinya asupan nutrisi dan sanitasi yang baik memegang peran penting dalam mencegah sekaligus mengatasi stunting pada buah hati.

 

Atas dasar itu, jika tak ingin buah hati mengalami stunting, Ibu mesti memberikan ASI eksklusif sejak ia dilahirkan hingga berusia 6 bulan.

 

Saat memberikan ASI, Ibu juga harus memperhatikan kualitas dan kuantitasnya, agar kebutuhan nutrisi buah hati senantiasa terpenuhi.

 

Faktor paling penting untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI adalah memperhatikan asupan protein dan serat, serta nutrisi makro maupun mikro.

 

Pasalnya, nutrisi makro dan mikro dapat saling berkaitan. Penyerapan nutrisi mikro membutuhkan nutrisi makro dalam jumlah tepat dan seimbang.

 

Di samping itu, Ibu juga perlu meningkatkan konsumsi air putih, sayuran, dan buah-buahan. Hal ini bertujuan agar kebutuhan cairan, vitamin, dan mineral terus terpenuhi dengan baik, sehingga buah hati bisa memperoleh manfaatnya lewat ASI.

 

Hal lain yang tak kalah penting untuk mewujudkan ASI dengan kualitas dan kuantitas yang baik adalah mengonsumsi lemak sehat, seperti dari alpukat, minyak zaitun, dan asupan lain sejenis. Lemak sehat dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan tulang dan otak buah hati.

 

Secara khusus, Ibu pun perlu memperhatikan asupan protein dan kalsium. Kedua nutrien tersebut dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan tulang dan otot buah hati.