Bayi terlahir dengan kemampuan untuk mendengar, mencium, meraba, merasa, dan melihat. Mereka juga punya kemampuan untuk mengingat apa yang mereka pelajari. Mereka dapat belajar baik melalui metode classical conditioning maupun operant.
Classical conditioning merupakan pembelajaran berdasarkan pada asosiasi antara stimulus yang tidak biasanya mendapat tanggapan dengan stimulus lain yang mendapat tanggapan. Sementara, operant conditioning merupakan pembelajaran berdasarkan pada perilaku dan konsekuensinya.
Sebagai contoh dari classical conditioning, pada awalnya sebuah mobil adalah sebuah stimulus yang netral dan tidak memicu respon, sementara suara klakson memiliki sebuah respon berupa reaksi kaget. Kemudian, seorang anak selalu mendapatkan kondisi dimana saat ia melihat mobil maka suara klakson akan terdengar. Hal tersebut dilakukan secara berulang kali. Pada akhirnya, anak tersebut memberikan respon kaget atau takut setiap ia melihat sebuah mobil.
Operant conditioning dapat dilakukan dengan memberikan konsekuensi baik hal yang menyenangkan ataupun kurang menyenangkan bagi anak pada perilaku yang ia lakukan. Seperti, memberikan hadiah permen setelah anak berhasil menyapu ruangan, atau menghukum anak dengan mencabut akses Wifi ketika ia malas mengerjakan tugas. Contoh lainnya adalah kupon gratis satu kali makan setelah 5 kali makan pada sebuah restoran dengan menunjukan struk belanja yang asli.
Pembentukan perilaku pada anak sangat bergantung pada interaksi diri dengan lingkungan. Oleh sebab itu, anak bisa memperbaiki perilaku dengan mengamati respons yang diberikan oleh orang lain. Ia juga bisa mengingat bukan hanya bagaimana suatu perilaku berdampak bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain. Jika menurutnya itu menyenangkan maka akan lebih mungkin untuk ia tiru.
Author: Noviopatra Tri Kamsanih
Komentar
Belum Ada Komentar