Ciri-Ciri Sindrom Asperger


Sindrom Asperger. Sindrom ini pertama kali ditemukan oleh Hans Asperger pada 1941. Setelah itu sindrom tersebut resmi menjadi diagnosis medis yang berada dalam golongan gangguan spektrum autistik (GSA) pada 1981. Di Indonesia sendiri belum ada data pasti yang bisa menunjukkan berapa banyak penderita sindrom Asperger. 4 dari 1.000 orang di Dunia mengidap sindrom ini dan kebanyakan pengidapnya adalah laki-laki.



Bedanya Sindrom Asperger dan Autisme

Sindrom Asperger berada dalam spektrum autisme. Pengidap Asperger tidak memiliki kesulitan dalam belajar, berbahasa, maupun memproses informasi. Mereka malah biasanya mempunyai kecerdasan di atas rata-rata, cepat menguasai bahasa dan kosakata baru, serta mampu menghafal berbagai hal dengan detail. Ciri-ciri yang ditunjukkan oleh pengidap Asperger dan autisme sangatlah mirip, tetapi Asperger dianggap sebagai autisme tingkat ringan. Tidak seperti pengidap autisme, mereka yang mengidap sindrom Asperger umumnya bisa menjalani fungsi dan aktivitas sehari-hari dengan baik, meskipun membutuhkan penyesuaian tertentu.

Sindrom ini sudah bisa dideteksi gejalanya sejak anak berusia 3 tahun. Namun, mungkin beberapa penderitanya baru akan menunjukkan gejalanya saat memasuki usia sekolah, remaja, bahkan dewasa. Mereka yang mengidap sindrom Asperger biasanya mengalami gangguan dalam perkembangan mentalnya. Hal ini mengakibatkan persepsi dan pola pikir yang berbeda dengan orang lain. Penyebab pastinya masih belum ditemukan hingga saat ini, tetapi para ahli percaya bahwa pemicunya antara lain faktor lingkungan dan juga genetik.

Ciri-ciri dan gejala sindrom Asperger

Diagnosis untuk penderita sindrom Asperger bisa diketahui setelah dokter atau spesialis melakukan beberapa tes dengan instrumen tertentu. Namun, biasanya mereka yang mengidap Asperger akan menunjukkan ciri-ciri berikut ini.

Indra yang sangat peka

Seperti pengidap autisme, pengidap sindrom Asperger memiliki indra yang sangat peka. Mereka mudah merasa terganggu ketika melihat warna tertentu, mendengar suara yang terlalu bising, mengonsumsi makanan atau minuman yang punya rasa kuat, atau menyentuh tekstur yang asing untuk mereka. Dalam beberapa kasus mereka bahkan bisa merasakan pusing, nyeri, dan sakit di kelopak mata, telinga, kulit, atau kepala. Setiap orang bisa menunjukkan tingkat kepekaan yang berbeda-beda sehingga kadang sulit untuk menentukan hal apa saja yang aman bagi pengidap sindrom Asperger

 

Gangguan interaksi sosial

Orang yang mengidap Asperger juga bermasalah dalam interaksi sosial. Mereka kerap merasa berbeda dari orang lain dan kesulitan memahami atau dipahami dalam masyarakat, mereka cenderung menarik diri dari pergaulan. Waktu kecil, mereka cenderung mendapat teguran karena berlaku tidak sopan. Padahal, mereka tidak bermaksud untuk menyinggung orang lain. Mereka hanya kesulitan untuk memahami norma yang berlaku di kehidupan sosial yang kadang tidak logis bagi mereka.

Akibatnya, pengidap sindrom ini susah membangun relasi yang stabil dengan orang lain, meskipun bukan berarti tidak mungkin. Kadang orang lain merasa kesal atau tersinggung dengan kejujuran dan cara berpikir pengidap Asperger yang terlalu ilmiah atau logis.

Rutinitas yang repetitif

Seperti penderita spektrum autisme lainnya, pengidap Asperger juga tidak menyukai kejutan atau hal-hal yang tidak bisa diprediksi. Oleh karena itu, biasanya pengidap sindrom Asperger memiliki rutinitas yang sudah pasti dan tidak bisa diubah-ubah. Misalnya, setiap hari mereka akan makan siang dengan menu dan takaran yang sama persis. Mereka juga memiliki jadwal untuk memakai baju tertentu. Pergi sekolah dan bekerja harus melewati rute yang sama setiap hari. Jika ada perubahan tak terduga dalam jadwal hariannya, mereka akan langsung merasa cemas, gelisah, dan panik.

 

Ketertarikan yang sangat berlebihan terhadap hal tertentu

Para pengidap sindrom Asperger biasanya memiliki ketertarikan atau hobi yang sangat disukainya. sepert mengoleksi dan merawat berbagai jenis miniatur karakter game. Pengidap Asperger juga tidak hanya senang mengumpulkan miniatur karakter game tersebut, tapi menjadikan miniatur-miniaturnya sebagai passionIa hafal segala jenis spesifikasinya dan tahu banyak sekali fakta-fakta soal koleksinya tersebut.

Gangguan berkomunikasi

Penderita  Asperger akan menunjukkan kesulitan berkomunikasi. Walaupun kemampuan berbahasa mereka sangat bagus, mereka biasanya mengartikan segala hal secara harfiah atau makna sebenarnya. Tetapi, dalam berkomunikasi tentu tak hanya bergantung pada kosakata saja. Kita juga menggunakan berbagai ekspresi wajah, gestur tubuh,nada bicara, isyarat, perumpaan, lelucon, dan istilah-istilah tertentu. Inilah yang menjadi kekurangan bagi pengidap Asperger. Mereka kesulitan mengartikan serta mengekspresikan hal-hal yang sifatnya abstrak atau bermakna ganda. Penderita Asperger juga cenderung memotong pembicaraan orang lain yang dia anggap bertele-tele. Mereka biasanya akan berbicara secara lugas dan jujur, bahkan kadang terlalu jujur bagi orang-orang yang tidak mengetahui kondisi mereka.

Oleh karena itu, sering kali mereka dianggap sebagai orang yang tidak peka. Ekspresi wajah mereka pun tetap datar meskipun mereka ingin mengungkapkan emosinya seperti sedih, gembira, maupun marah. Maka, kadang sulit juga untuk orang lain menangkap perasaan atau memahami maksud orang dengan sindrom Asperger.