Persaingan antar-saudara di masa pertumbuhan adalah 'yang paling sengit',yang bisa saja terulang saat anak berusia 8-12 tahun.
Andai saat ini kita tengah membesarkan dua anak balita sekaligus, atau ada satu saja balita di antara anak-anak kita saat ini, apa yang mungkin bakal kita hadapi setiap hari? Rasanya sudah terbayang: kakak-adik yang saling berebut,berteriak,mengusik,mengejek, dan mengadukan satu dengan yang lain, persaingan yang seolah tidak ada habisnya!
Dalam salah satu materi publikasi American Academy of Pediatric (AAP) yang membahas siblingrivarly disebutkan, persaingan antarsaudara antara anak-anak di bawah usia 4 tahun cenderung mencapai tingkat yang paling buruk saat usia mereka terpaut kurang dari 3 tahun. Usia yang dekat, apalagi ditambah minat yang sama, cenderung mempermudah terjadinya persaingan antarsaudara.
Perebutan Orang Tua
Persaingan antarsaudara, diyakini banyak pakar perkembangan anak adalah bagian alamiah pertumbuhan anak balita. Penyebabnya, sebagian besar adalah karena anak prasekolah masih banyak bergantung pada orang tua dan belum mempunyai banyak teman atau belum dekat dengan orang dewasa lainnya. Juga, anak usia 2-3 tahun sangat terpusat pada dirinya (self-centered) dan sangat suah berbagi orang tua dengan saudaranya.
Marjorie Hogan, M.D., F.A.A.P.,associate professor bidang pediatri di University of Minnesota mengatakan bahwa ada banyak penyebab sibling rivarly. “Namun, mungkin hal yang paling esensial adalah semua anak menginginkan perhatian salah satu atau kedua orang tuanya tidak terbagi, dan saudaranya membuat itu mustahil.” Kata direktur pendidikan medis anak di Hennepin Country Medical Center, Minneapolis itu seperti dikutip dari perbincangan di Kids Healthwork TV, Amerika Serikat.
Perlu Dikendalikan Sejak Dini
Persaingan antarsaudara di masa balita ternyata bisa berlanjut sampai besar. Bahkan, sering keadaannya jadi memburuk (kembali) saat anak berusia 8-12 tahun, demikian disebutkan dalam publikasi AAP. Meskipun awetnya kompetisi kakak-adik merupakan hal yang wajar, persaingan yang ‘sengit’ bisa menjadi tidak sehat dan merusak suasana di dalam keluarga. Oleh karena itu, kita perlu mengendalikannya sejak dini.
Mengendalikan persaingan anak di masa balita atau di masa-masa selanjutnya tidak lain adalah upaya pembelajaran untuk anak dan juga untuk orang tua. Menurut Hogan, anak perlu belajar cara medapatkan kasih sayang dan perhatian orang tua melalui cara-cara yang sesuai dan cara mendapatkan penghargaan melalui keunikan mereka—bukan karena menyamai anak lainnya. Oleh karena itu, sudah barang tentu, orang tua juga harus belajar mengasihi dan memperhatikan anak dengan cara-cara yang sesuai dan belajar menghargai keunikan anak.
Berikut ini beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengendalikan persaingan antarsaudara, khususnya pada anak balita.
1. Jika si balita menyaingi bayi baru.
Misalnya minta disusui atau ngedot lagi, jangan menganggapnya lucu atau malah menghukumnya. Biarkan sesekali minum pakai botol atau tidur di boks. Namun, tunjukan bahwa ia tidak harus bertingkah seperti bayi untuk mendapatkan perhatian kita. Berilah pujian saat ia bersikap ‘dewasa’. Berikan pula ia kesempatan untuk menjadi ’kakak yang baik’.
2. Jika si balita ingin menyaingi adiknya yang mulai besar.
Kurangi konflik ‘wilayah kekuasaan’ dengan menetapkan semacam area khusus untuknya. Pisahkan mainan dan barang-barangnya yang tidak bisa dibagi dengan adiknya. Tahan diri untuk tidak membandingkan satu dengan yang lainnya di hadapan anak meskipun sekedar menyebutkan perbedaan mereka. Hal itu karena anak seusia ini mudah sekali merasa tidak sebaik atau tidak disayang seperti saudaranya jika dibanding-bandingkan.
3. Jika dua balita berbeda pendapat.
Hindarkan terlibat di dalamnya meskipun hal itu atas permintaan keduanya. Jika perbedaan pendapat sudah menjurus pertengkaran, mungkin kita bisa menengahi. Jika anak tidak juga bersepakat, mungkin kita perlu mengetahui alasan masing-masing, dengan cara mengajak masing-masing bicara secara terpisah. Dengan cara ini, biasanya anak bisa mengemukakan alasannya dengan tenang.
4. Jika persaingan si balita jadi sengit dan kasar.
Kita perlu menetapkan semacam ‘batas konflik dan aturan penyelesaian’ untuk anak, misalnya. Jika posisi duduk di mobil selalu memicu persaingan, atur giliran memilih seat favorit untuk setiap anak. Jika ada yang melanggar, yang lain berhak mengingatkan. Namun, tidak boleh kasar dan yang melanggar harus mau diingatkan. Pastikan anak memahami benar bahwa kita tidak akan membiarkan kekasaran dalam persaingan dan menghargai anak jika mereka bersaing dengan cara-cara yang baik.
5. Jika si balita perlu ditegur atau diberi sanksi.
Adakalanya si balita nyata-nyata bersalah. Kita tentu perlu menegur atau memberi sanksi (sebagai konsekuensi perbuatannya). Namun, sebisa mungkin jangan lakukan itu di depan anak lain agar anak yang dihukum tidak menjadi bahan ejekan. Ejek-mengejek adalah ‘amunisi’ persaingan.
Komentar
Belum Ada Komentar